• Home
  • About
  • Wanderbey
  • Contact
    • Email
    • WhatsApp
    • Line
  • Snap
facebook twitter instagram pinterest Email

haybeys

Aku menulis lagi. Tapi melupakan laporanku. Wah, tiba-tiba saja sudah Oktober. Cepat sekali. Alhamdulillah, tahun ini aku kembali kesini lebih sering daripada tahun lalu, tahun 2017, dan tahun 2016. Apakah itu artinya aku siap untuk menulis lagi lebih sering? Entahlah. Aku tidak terlalu yakin. 3 tulisan sebelum ini kutulis dalam waktu yang berdekatan. Dalam suasana yang tidak mengenakkan. Apa aku harus terluka lebih dulu supaya jemari ini lancar berkata-kata?

Hari ini padahal perasaanku biasa-biasa saja. Sedihnya sudah memuncak malam Jumat kemarin. Semalaman. Seharian. Wah, tiba-tiba saja aku menemui titik balik kehidupan yang entah keberapa. Jika boleh kugambarkan dan kubicarakan, dalam sebulan terakhir, perasaanku kacau sedih. Duka. Duka. Duka. Lara. Sepertinya aku terlalu ambil pusing untuk banyak hal. Tapi begitulah aku. Tak pernah benar-benar berubah.

Kemudian sekarang, aku kembali menebak-nebak banyak hal. Mencoba menerka-nerka apa maksud dan rencana Tuhan kepadaku. Tapi yasudahlah. Toh selama ini rencana Tuhan selalu berhasil padaku :)

Selamat awal bulan. Semoga semua pilu tertinggal di bulan lalu..
Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Aku mengenal semua rasa dalam diriku. Senang, sedih, marah, haru, bangga, banyaklah. Tapi yang paling gawat adalah ketika aku merasa marah dan sedih sekaligus. Otakku benar-benar gabisa diajak kompromi. Berisik minta ampun. Lebih berisik dari mulutku yang sudah berisik. Lalu lari kemana? Tentu saja kesini. Kutulis disini.

Kadang aku tidak mengerti dengan diriku. Kenapa aku tiba-tiba bisa sepeduli ini dengan urusan-urusan yang dulu kuabaikan. Untuk satu hal ini, aku ingin menjadi aku yang dulu. Sepertinya lebih baik bagi kejiwaanku. Tapi selainnya tidak. Aku bangga dengan diriku yang sekarang. See? Pikiranku memang serumit itu.

Semakin banyak orang yang kukenal dan kutemui, respon otak dan hatiku cuman dua “Ya Allah keren bgt... aku nanti mau jadi orang yang kayak gitu” atau “Ya Allah... jangan sampai nanti aku jadi manusia kayak gitu”. Udah. Lalu selebihnya kembali tak peduli. Aku tidak pernah terikat dan mengikat diriku. Untuk hal-hal tertentu. Wah, ini beda lagi. Rumit lagi.

Kau tau tawa ini datang darimana? Dari rasa sakit yang menumpuk sejak bayi. Memang bayi bisa membenci? Kenapa tidak? Jika yang selama ini ia lihat adalah dunia yang penuh dengan kebencian. Dan kebohongan tentu saja. Tidak lupa dengan kedoknya yang manis dan warna-warni. Bungkus. Selalu menarik seperti yang seharusnya.

Luka ini kubalut dengan tawa. Dan Chaca. Ah sungguh tak bisa kubayangkan hidupku tanpa dia. Aku tidak mendramatisir. Tapi dengan hanya hadir, Chaca membuat bebanku 70% terangkat. Meskipun kemudian pikiranku bandel dan air mataku sederas hujan Bulan Desember. Hahaha. Lihat kan? Aku tertawa.

Ah sudahlah. Biar kata-kata yang tidak ada habisnya ini tetap menggema dalam otakku. Selamat bermalam minggu.
Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Kukira aku sampah.
Terbuang, terlupakan, terapung dan tenggelam.
Tapi aku tidak pernah hilang.
Bahkan 400 tahun kemudian.
Bahkan setelah manusia-manusia yang membuangku mati terkubur harga diri.
Tersisa aku yang sedari awal memang sendiri.
Kukira aku tak peduli.
Pada tangan-tangan yang membuangku.
Pada tawa yang menghantui malamku.
Pada arus yang menghanyutkanku.
Pada tanah yang memelukku terlalu erat.
Tapi ternyata iya.
Oh sungguh tiba-tiba aku ingin menjadi manusia.
Hidup dan kaya raya.
Membeli semua bualan omong kosong mereka.
Tentang mencintai yang tiada batasnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Tadi malam, di bawah bayang-bayang, aku dan Chaca tersadar dari diam. Tenggelam dalam obrolan malam yang panjang. Katanya, pikiranku terlalu rumit dan sibuk. Tak perlu kau pahami, jawabku. Cukup cintai aku yang seperti ini dan dengarkan.

Chaca tau aku suka menulis. Kata dia, menulislah tapi jangan sedih. Dia suka tulisanku yang kacau. Tapi tak suka hatiku yang galau. Menulis. Bercerita dengan ketukan. Aku tau itu membuatku sejenak hilang. Selain berenang tentu saja.

Pikiranku hanya ingin merasa aman, keluhku, hampir setiap hari. Jangan terlalu kau ambil hati, tenang Chaca, hampir setiap hari juga. Lalu aku menangis. Tersedu. Dalam waktu yang tidak sebentar. Berharap semua kekacauan di otakku akan mengalir begitu saja. Meskipun nyatanya tidak. Baju Chaca basah. Maaf. Tapi itu membuatku nyaman. Setidaknya dalam kegaduhan yang kubuat sendiri, aku masih menemukan pijakan untuk sembunyi.

Dua puluh lima tahun hidupku. Kuhabiskan 10 tahun terakhir bertumbuh dengan Chaca. Bagaimana aku tidak merasa nyaman? Mungkin aku rakus. Aku terlalu buta untuk melihat bahwa kebahagiaan bersamanya saja harusnya sudah cukup. Tak perlu memaksakan apa yang sudah sejak aku lahir tak bisa dipaksakan. Aku berharap apa? Tidak. Aku tidak berbicara tentang orang ketiga. Tapi tentang orang-orang sebelum aku. Sebelum ragaku.
Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian

Cerita bermula.
Dua insan mendamba tapi tiada daya.
Kemudian aku.
Berlari. Berlari. Berlari. Terbuang. Dibuang. Disayang.
Kukira hidupku sesederhana menggoreng telur.
Pecah, rasa, panas, terbalik lalu tersaji.
Nyatanya tidak.
Penuh luka dan sayatan dan belas kasihan.
Sungguh aku tak butuh. Aku tak perlu.
Bagiku, berdiri di kaki sendiri sudah cukup.
Lebih dari cukup.
Meskipun angin menggoyang.
Kaki menendang menjatuhkan.
Mulut berdusta diiringi tawa.
Aku tak peduli. Bagiku, berdiri lebih berarti.
Berdiri di kaki sendiri.
Lalu berlari. Berlari. Berlari.
Kutinggalkan inti yang menyakiti.
Meskipun nyatanya tidak.
Darah tidak pernah lebih kental dari air bagiku.
Tapi, ya, ia memburu dan membelenggu.
Matilah rasa. Putuslah ikatan.
Biar hatiku Tuhan saja yang atur.
Kalian, diam dan hilang saja.
Biar aku bersama mereka yang bagiku lebih berarti daripada dunia dan seisinya.
Tuhan sembuhkan luka.
Tuhan sembuhkan luka.
Tuhan, aku bertanya.
Kenapa?

Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Mungkin...
Di dunia sebelum sekarang, kita berdua pernah bertemu dalam sebuah perjumpaan
Karena tak pernah ada yang tau rahasia Tuhan tentang kehidupan keberapa manusia saat ini
Mungkin juga kita bertemu pada saat proses penciptaan raga dan jiwa
Bukankah aku adalah tulang rusukmu yang hilang seperti Sabda Tuhan?

Mungkin...
Sebelum ini aku hidup dalam dunia dimana kura-kura dapat terbang
Atau, dunia dimana ikan berbicara denganku dan gajah berenang di lautan
Tak ada yang tau.. Tak pernah ada yang tau
Tapi bukankah memang begitu cara kerja Tuhan?

Mungkin...
Aku pernah menjadi istrimu 2 kali, seratus kali atau sejuta kali kehidupan
Kita tak pernah sungguh-sungguh tau berapa kali kita diciptakan, dimusnahkan, dan dibangkitkan
Semua "katanya" hanya sebatas mengira
Dan pada akhirnya, kenyataan menyadarkan betapa kecil kita di alam semesta

Mungkin...
Perjumpaan kita yang pertama bukanlah 10 tahun yang lalu
Bukan pula di hari pertama aku melihatmu atau saat kau menyapaku
Tapi apa perlunya kita tahu itu?
Toh, dulu, sekarang, nanti, dan kapanpun itu, aku tetaplah tulang rusukmu yang hilang itu, insyaallah.


Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Sejak dulu, aku selalu mikir kalau menulis menjaga kewarasanku. Dan terbukti bener sampai sekarang. Rasanya tuh kalo udah mau gila sama kegiatanku sehari-hari, menulis disini jadi semacam escape gitu loh... Meskipun sekarang lagi ga gila-gila amat sih. Soalnya udah disambatin ke Chaca dan Yang Di Atas semua. Tiap hari. Aku bahkan sampai ngerasa kalau aku secerewet itu di dunia nyata, but you don't know my brain. It never stop talking. Pusing sama diri sendiri rasanya. Wkwkwkwk.

Kayaknya sepagian ini kepikiran temen-temenku mulu deh. Pengen cerita macem-macem. Kangen banget rasanya. Kangen Omon, kangen Cibul, kangen Bidit, kangen semua. Pengen dengerin cerita Omon soal mimpi-mimpinya. Her love life that kinda boring but I can hear it all day. Tentang hidup. Tentang sudut pandang lain. Tentang tujuan yang sama meskipun melewati rute yang berbeda. Kalo Cibul, I just wanna see her. I miss her sooooo much. Can't hold back my tears when I'm looking at our pics together. Sama Cibul tuh kayak yang ga perlu mengkhawatirkan apa-apa because I will always got her back. Ngeliat dia mengejar apa yang dia cita-citakan mengingatkanku bahwa akupun dulu bermimpi setinggi itu meskipun sekarang kayak hampir lupa. Hehe. Itulah kenapa aku seexcited itu mendengarkan cerita Cibul tentang banyak hal. Kalo Bidit, I miss everything about us. Doing nothing for all day long. Living our life to the fullest. Having fun. Every single thing. Mungkin karena sekarang kita berdua sama-sama dah menjalani rumah tangga masing-masing kali ya. Jadi kangennya makin berlipat ganda. Hehehe.

Boleh ga sih balik sebentar ke masa lalu?


Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Call me extra or whatever you want. Last month was totally changed my life. Or maybe just me.

Aku rasa, semua orang punya ketakutannya masing-masing. Kalo aku... aku takut menua tanpa perubahan. Aku takut menua dan melupakan mimpi-mimpi yang aku genggam dulu dan sekarang. Awal-awal aku kerja, rasanya kayak yang boseeeeeeen banget. Kalo kalian udah kenal aku dari lama, kalian pasti tau banget kalo aku bukan tipikal anak administratif. I mean... I never imagine my job would make me sitting in front of computer all day long and doing administrative job. No, never. Tapiiiiii... Makin kesini kayanya aku makin baik-baik saja dan enjoying my job. Hehehe. Cuman ya itu tadi. Aku takut menua tanpa perubahan. Aku takut menua dan melupakan mimpi-mimpi yang aku genggam dulu dan sekarang.

Rasanya seperti jalan yang aku lalui saat ini menyimpang terlalu jauh dari mimpiku. Tapi, tak apa. Mungkin, meski rasanya terjal bagiku, inilah kenyataan yang harus aku hadapi. Sayangnya, untuk aku yang terbiasa hidup dalam ketidakpastian, kerjaanku sekarang yang justru penuh dengan kepastian membuatku takut akan masa depan. Ritme yang terbaca. Pola yang serupa. Semuanya seolah tergambar dengan jelas. Aku takut berada dalam satu rutinitas yang sama sampai aku tua...

Belum lagi, aku harus bertemu dengan banyak orang setiap hari. Ada hari-hari dimana aku baik-baik saja berbicara dengan banyak orang. But somehow, I want people to mind their own business and don't talk to me. Wkwkwk. Kalo kata ayahku, seribu orang, seribu pemikiran. Itu tuh yang bikin aku pusing. Dan.... beberapa orang yang terasa saklek dan kaku. Aku bener-bener berharap ketika aku lebih dewasa dari sekarang, aku sanggup beradaptasi dan tidak malu ataupun gengsi menerima saran dari yang lebih muda... Hidup itu dinamis. Gabisa kita stuck di satu tempat dan satu pemikiran.

Astaga.... aku kebanyakan sambat dan lupa bersyukur. Padahal banyak hal yang patut aku syukuri akhir-akhir ini. Kehidupan yang lebih stabil mungkin... Dan tentu saja hal yang paling aku syukuri adalah, the best decision I've ever made, choosing Chaca as my husband. Sungguh, kalo bukan karena dia, aku ga akan bertahan sampai sejauh ini. If you read this, I love you and I will always love you, insyaallah :)


Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
I don't have much to say.. I just wanna post my beach pics. Hehehe. It was taken by Chaca at the beach near his house somewhere in Rembang (I forgot LOL)...




Share
Tweet
Pin
Share
No feedback dari kalian
Newer Posts
Older Posts

Hello!

Who's Haybey

Who's Haybey
Haybey is 30 something years young used-to-be-social-media-junkie who loves to tell stories about her daily life

About Me

My photo
Haybey
Jakarta, Indonesia
Berpikir melanglang buana ke langit dengan hati tetap menapak bumi. Berkontribusi tanpa eksistensi. JPP UGM 2012.
View my complete profile

Facebook

Friends

My Diary

  • ►  2025 (1)
    • ►  January 2025 (1)
  • ►  2024 (4)
    • ►  December 2024 (2)
    • ►  March 2024 (1)
    • ►  February 2024 (1)
  • ►  2023 (5)
    • ►  December 2023 (1)
    • ►  April 2023 (1)
    • ►  March 2023 (3)
  • ►  2022 (2)
    • ►  December 2022 (1)
    • ►  July 2022 (1)
  • ►  2021 (8)
    • ►  October 2021 (2)
    • ►  September 2021 (1)
    • ►  July 2021 (1)
    • ►  January 2021 (4)
  • ►  2020 (9)
    • ►  December 2020 (2)
    • ►  November 2020 (1)
    • ►  September 2020 (1)
    • ►  August 2020 (1)
    • ►  July 2020 (2)
    • ►  June 2020 (1)
    • ►  March 2020 (1)
  • ▼  2019 (9)
    • ▼  October 2019 (1)
      • Menyulam Tawa
    • ►  September 2019 (4)
      • Olah Rasa
      • Sampah
      • Pillow Talk
      • Muara
    • ►  July 2019 (1)
      • Mungkin Saja
    • ►  May 2019 (2)
      • I Miss You...
      • What's Going On April
    • ►  March 2019 (1)
      • Beach Please
  • ►  2018 (7)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  July 2018 (3)
    • ►  April 2018 (1)
    • ►  March 2018 (2)
  • ►  2017 (8)
    • ►  December 2017 (1)
    • ►  September 2017 (3)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (3)
  • ►  2016 (5)
    • ►  September 2016 (1)
    • ►  July 2016 (3)
    • ►  January 2016 (1)
  • ►  2015 (15)
    • ►  December 2015 (1)
    • ►  September 2015 (2)
    • ►  July 2015 (2)
    • ►  June 2015 (4)
    • ►  April 2015 (1)
    • ►  March 2015 (2)
    • ►  January 2015 (3)
  • ►  2014 (6)
    • ►  December 2014 (4)
    • ►  October 2014 (1)
    • ►  June 2014 (1)
  • ►  2013 (9)
    • ►  November 2013 (3)
    • ►  April 2013 (2)
    • ►  January 2013 (4)
  • ►  2012 (47)
    • ►  December 2012 (1)
    • ►  November 2012 (4)
    • ►  October 2012 (9)
    • ►  September 2012 (4)
    • ►  August 2012 (3)
    • ►  June 2012 (2)
    • ►  April 2012 (4)
    • ►  March 2012 (7)
    • ►  February 2012 (8)
    • ►  January 2012 (5)
  • ►  2011 (26)
    • ►  December 2011 (12)
    • ►  November 2011 (6)
    • ►  October 2011 (5)
    • ►  September 2011 (1)
    • ►  August 2011 (1)
    • ►  May 2011 (1)

Find Me On

  • twitter
  • instagram
  • youtube

Created with by ThemeXpose