Pagi ini aku bangun dan berharap untuk menemukan alasan lain kenapa aku harus terus bertahan untuk berjuang. Hari ini rasanya seperti aku sedang berlari-lari di hutan lalu tersesat tanpa penunjuk arah dan tak tahu jalan untuk keluar. Aku mengandalkan instingku yang lelah. Kalau hari ini belum bisa, mungkin besok atau lusa. Atau bisa saja minggu depan, bulan depan, tahun depan, atau tidak sama sekali. Perbekalanku yang tidak seberapa ini hampir habis dan belum kutemukan air untuk kuminum dan tumbuhan liar untuk kumakan. Aku sendirian.
Aku sudah lupa rasanya keadaan di luar. Bayangan tentang masa depan dan masa laluku tertutup oleh pohon-pohon yang mungkin usianya bahkan lebih tua dari kakek buyutku. Hari ini, ribuan pertanyaan berdengung di kepalaku seperti suara kodok setelah hujan. Semua tentang bagaimana. Bagaimana jika ternyata aku tidak akan pernah keluar? Bagaimana rasanya jika tiba-tiba melihat keajaiban di balik pohon rindang? Harapan dan keputusasaanku bersahut-sahutan dalam kepalaku.