Tujuh
Satu tahun berlalu, sejak entah apa. Aku tak pernah benar-benar tahu apa yang kulewatkan atau apa yang kujalani. Waktu bagiku seperti berlari tanpa kaki. Ringan saja aku sampai pada hari ini. Jadi kurasa, aku baik-baik saja. Setidaknya itu yang kukatakan pada diriku setiap hari. Mari berjuang untuk hari ini dan bertahan sampai besok. Sampai besok. Sampai minggu depan. Sampai bulan depan. Sampai tahun depan. Sampai selamanya. Whoa. Selamanya menakutkan juga ternyata. Baiklah, mari bertahan sampai lelah lalu berhenti lalu memulai lagi.
Ada saatnya aku menulis tidak dengan kepala jernih. Aku tidak tahu kondisiku saat ini. Tapi kubilang jernih rasanya terlalu mengada-ada. Otakku penuh jadi harus kukeluarkan dengan kata-kata. Bukankah segala yang kusut harus diurai? Bagiku, kata-kata inilah prosesnya. Terlalu lama kusimpan sendiri juga berbahaya. Bagiku dan orang-orang yang kuajak bicara dengan nada menyebalkan. Sungguh bukan itu maksudku. Otakku penuh jadi aku kekurangan space untuk segala informasi yang baru.
Seringkali aku bertanya dalam hati, apakah aku berubah? Apakah ketika orang dari masa lalu bertemu denganku mereka akan menyatakan perubahanku sebesar apa? Apakah aku masih sama saja dengan aku sepuluh, lima belas tahun yang lalu? Aku merasa tidak bertumbuh ke arah yang seharusnya. Sebagian diri dari masa laluku tersangkut denganku sekarang ketika seharusnya ia sudah pergi dan aku berganti. Ah, kalau dirasa-rasa jadinya seperti aku tidak berubah sama sekali.
Dua ribu dua puluh. 26 tahun usiaku. Hidup yang sedang kujalani kebanyakan adalah hidup yang aku bayangkan aku jalani lima, sepuluh tahun yang lalu. Kecuali beberapa hal tentu saja. Kekecewaan yang terus berulang dan tak bisa kukendalikan. Rasa kesalku akan banyak hal yang tak bisa kusembunyikan. Kesedihan yang tidak pernah sengaja kutampakkan. Baiklah, untuk satu dan lain hal aku memang menyedihkan. Bolehkah aku melewati tahap susah-susah ini dan langsung menuju baik-baiknya saja? Ataukah ini hal baik yang tak pernah aku sadari atau kupahami? Bolehkah aku melewati kebingungan ini dan langsung menjadi paham saja?
Kenapa ya hidupku rumit? Tiba-tiba sudah bulan ketujuh tahun dua ribu dua puluh. Tahun ini berlari dengan kecepatan cahaya. Bahkan kemarin saja sudah lebih jauh dari hari esok. Begitulah seharusnya. Tapi tetap saja sebelum tidur lebih banyak hal yang kusesalkan daripada yang kusyukuri. Apakah aku sudah sampai batas lelahku? Padahal aku sendiri yang dengan bangga mengatakan aku hidup berdampingan dengan tekanan. Tekanan adalah kawan baikku. Tekanan adalah blah blah blah. Dasar mulutku yang berbahaya.
Lagi-lagi aku menulis di waktu yang tidak seharusnya. Panjang umur semua orang yang sedang berjuang bertahan!
0 feedback dari kalian