Aku tidak pernah membayangkan akan menutup tahun terakhir berkepala dua dengan begitu meriah. Perasaanku penuh, membuncah ke segala arah. Aku ingin merangkum perjalananku lewat kata-kata tapi tiba-tiba aku kesulitan menyusun cerita. Padahal sejak dulu, menulis bagiku bagaikan meramu. Di kanal ini, lima ratus sembilas belas tulisan kuramu selama tiga belas tahun. Meskipun pada akhirnya, hanya seratus lima puluh enam yang kusajikan. Banyak hal terjadi. Biasanya, pada saat-saat seperti ini aku akan menghentikan laju lariku sejenak, menoleh ke belakang, menertawakan keputusan-keputusan gegabah yang kuambil, menyesali beberapa hal, lalu kembali melaju ke depan.
Kali ini berbeda. Entah dari mana aku harus mulai menuliskan. Perasaanku yang riuh seiring dengan gegap gempita. Juga tentang menjadi api yang membakar habis diriku sendiri. Kemudian berlari berputar tak dapat menepi. Aku melihat bayanganku di cermin lekat-lekat. Mencoba membaca diriku seperti orang lain membacaku. Aku tidak yakin apakah seseorang yang sedang kulihat di cermin adalah orang yang sama denganku 5 dan 10 tahun yang lalu. Saat ini, kurasa aku adalah masa depan yang berbeda, yang tidak pernah terlintas sebelumnya, yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.
Aku kehilangan sebagian diriku tetapi menemukan sebagian diriku yang lain. Sebagian yang tidak pernah kutahu akan ada saat ini. Aku membuka kotak pandoraku, tersesat di dalamnya, enggan untuk beranjak, apalagi menutupnya. Kotak pandoraku, pedang bermata duaku. Harta karunku yang berharga, senjata... yang setiap saat bisa saja menorehkan luka padaku, pada orang-orang di sekitarku...