Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya tetapi sejak dulu aku sudah tahu bahwa cepat atau lambat aku akan berakhir di Jakarta. Berakhir dalam artian bermuara. Dan jika nanti mengudara menjadi air hujan lalu mengalir pada sungai-sungai entah di mana, itu akan menjadi lain cerita. Tapi saat ini, tiba-tiba, aku sudah berada di Jakarta.
Aku juga tidak tahu kapan bermula, tapi sepanjang yang aku ingat, kekuatan terbesarku adalah keberuntunganku karena aku merasa Tuhan membersamaiku selalu. Bahkan ketika seringkali aku merasa waktu memusuhiku, aku tahu Tuhan ada di ujung jalan menantiku. Lalu ketika hatiku mulai menginginkan ini dan itu, aku bisa segera tahu: "ini waktuku", ini belum waktuku" atau "ini bukan waktuku".
Perjalananku menuju Jakarta terjadi begitu saja. Persiapan hatiku cukup ala kadarnya. Namun mempersiapkan orang-orang di sekitarku yang kurasa tidak sederhana. Keluargaku tahu satu dua tiga arah yang kutuju dan seribu pintu yang kudatangi. Tidak ada kepastian terbentuk meski sudah lama aku mengetuk. Dan Jakarta, menjadi satu-satunya hal yang pasti untuk kuperjuangkan. Begitulah, aku meyakinkan mereka melepasku.