Setelah menikah, seringkali aku bertanya-tanya kepada diriku sendiri tentang perasaanku dan suamiku. Rasa-rasanya cinta kami semakin tenggelam dan tidak tampak di permukaan seperti dulu saat kami masih berpacaran. Hari ini kutemukan jawaban yang ternyata sederhana sekali. Rasa cinta kami sudah berevolusi.
Pagi ini, belum genap jam delapan dan aku sudah naik turun tangga menuju langit-langit sebanyak lima kali. Untuk aku yang jarang menaiki tangga, hal ini menjadi prestasi. Seperti juara satu saat sedang berkompetisi. Kali pertama dan kedua rasanya takut sekali. Selanjutnya masih takut, tapi sudah terbiasa. Jika untuk perasaan yang tidak nyaman seperti rasa takut saja kita bisa terbiasa, apalagi dengan perasaan cinta? Itu baru poin pertama.
Poin kedua adalah alasan kenapa aku memberanikan diri menaiki tangga. Sebenarnya itu sangat mudah ditebak. Karena Chaca gendut dan aku mengkhawatirkan keselamatannya. Jadi lebih baik aku saja. Rela berkorban untuk hal yang remeh temeh. Eh tapi kalo aku jatuh belum tentu Chaca berhasil menangkapku tanpa ikut terluka juga kan? Jadi ya.. kuanggap ini karena cinta. Haha.
Sebenarnya, aku hanya menemukan 2 poin di atas. Tapi aku cari-cari lagi supaya genap tiga. Atau ganjil tiga? Ah sudahlah. Intinya akan aku tambahkan satu alasan lagi tentang bagaimana aku menemukan definisi baru tentang cinta. Hilihkin..ups.
Hampir 11 tahun. Mungkin itu poin ketiga. Kami menjadi bagian dari hidup satu sama lain sejak masih remaja yang tentu saja tidak tahu menahu tentang apa itu cinta. Lalu bertumbuh. Lalu tahu. Lalu menjadi alasan untuk terus sama-sama. Lalu terbiasa. Seolah Chaca adalah denyut nadiku, tarikan nafasku, detak jantungku. Haha, jika diteruskan aku mulai merasa mual. Tapi yaaaah... intinya. Karena kami terlalu terbiasa lalu lupa. Bukankah itu manusiawi sekali? Lupa maksudku.
Sebagai penutup, izinkan aku untuk mengucapkan terima kasih atas hal-hal kecil yang seringkali tidak kami sadari sebagai bentuk cinta. Terima kasih ya... :)